Sabtu, 21 Januari 2012

Countering DPR. Leopard 2 harus sampe ke Indonesia.

Akhir akhir ini lagi asik nonton tv, trus kebetulan liat siaran di TV1 tentang rencana TNIAD yang pengen beli  Leopard  dari Belanda.

Gua sering denger pendapat dari DPR yang mempersulit pembelian tersebut. Gua cuman sedih aja, kok bisa bisanya orang yang kayaknya kalo ngomong nggak dipikir dulu ini bisa jadi Komisi 1 DPR? 


Tank yang pengen dibeli TNIAD itu kayak begini

"Saya dan teman-teman dengan sungguh-sungguh mempelajari dengan seksama tentang keunggulan dan kelemahan tank Leopard bekas yang akan dibeli TNI dengan harga cukup mahal, dan kemudian menyatakan menolak pembelian itu,"
"Tank ini memang canggih, tapi cukup mahal," - Tubagus Hasanudin, Wakil Ketua Komisi 1 DPR 

Untuk tipe 2A4, kata dia, harganya 700.000 euro atau sekitar Rp8 miliar per unit, sedangkan tipe 2A6 800.000 euro atau sekitar Rp9,2 miliar per unit

Yakinkah anda? Atau anda nggak ngitung?

Belanda nawarin Indonesia 100 Leopard 2 total seharga US$ 280 juta. Berarti untuk 1 unitnya seharga US$ 2.8 juta which is sangat murah untuk ukuran Leopard 2, yang harga Jermannya bisa nyampe US$ 5 juta.

US$ 280 juta yang berarti Rp 2,8 triliun jelas sangat bisa dicukupi oleh Indonesia.

 "Jalan-jalan di luar Jawa pasti tak akan mampu menahan beban Tank Leopard kalau dilalui. Tank jenis ini, cocok untuk pertempuran di gurun. Kalau jalan-jalan dilalui Tank Leopard, pasti langsung rusak karena beratnya yang mencapai sekian ton. Makanya, kita di DPR cenderung menolak,"- Gus Coi, Komisi 1 DPR

"Tank Leopard ini di Indonesia tidak mungkin, dilihat secara geografis dan karakter medan, sulit di Indonesia mengunakan tank itu," - TB Hasanudin, Wakil Ketua Komisi I DPR

Bleh, Truk Fuso seliweran di Pantura n Kalimantan walopun lebih ringan daripada tank, beban per sumbu rodanya lebih besar dibandingkan tank. Dan saya nggak bakal ngomongin truk tambang Belaz yang bisa bawa 200 ton di Papua dan seliweran di jalan raya.

Lagipula, menurut sejarahnya, tank menggunakan rantai, agar bisa jalan di tempat sulit karena  luas bidang tekanannya makin besar. Sederhananya, seperti rumus tekanan P = F/A, dimana P adalah tekanan, F adalah besar gaya dan A adalah luas permukaan, makin besar luas permukaan, maka makin kecil tekanan yang dihasilkan.

Ditambah lagi, tank jaman sekarang rata rata sudah pake bantalan karet supaya nggak ngerusak aspal, justru tank milik Indonesia yang sekarang, walopun tank ringan tapi tidak punya bantalan karet macam begitu.

Dengarkan ahlinya...
"Mereka (negara tetangga di Asia Tenggara pemilik MBT) tinggal di kawasan yang sama dengan kita. Kebetulan kita di pulau tapi kawasan daratannya sama hutannya sama. Apakah jalan-jalan kita tidak lebih baik dari mereka," kata Pramono Edhie

Leopard 2 di Belanda kemana mana lewat jalan tol, loh.


Tank tank Leopard yang ada dalam video ini sama persis dengan apa yang akan dibeli TNI AD.

"Pindad terbukti bisa bikin panser, kan tinggal ganti ban karet dengan rantai lalu ganti senapan mesin dengan meriam, kasih baja lebih tebal jadi sudah tank tempur,"- Ahmad Muzani, Komisi 1 DPR

"Industri dalam negeri harus didorong, kita harus malu dengan anak-anak SMK. Harus ada political will, saya yakin kita mampu. Tank bukan teknologi canggih. Harus ada blue print, harus ada keinginan politik," - Pramono Anung, Wakil Ketua DPR RI

 "Presiden pernah instruksi tahun 2008 ke Pindad untuk melakukan riset dan membuat prototipe tank tipe medium 23 ton, sekarang itu sudah jadi dan bisa digunakan. Tank tipe medium bikinan Pindad itu lebih cocok. Kenapa tidak dikembangkan saja produk anak bangsa, murah, dan cocok itu,"

Komentar-komentar paling FAIL tahun ini *TacticalFacepalm


Kecuali membuat tank semudah membuat sepeda motor, dan sepeda motor tinggal dikasih sayap bisa terbang, sampai kapan pun saya nggak akan setuju sama pendapat anda.

Main Battle Tank nggak bisa disamakan dengan "panser" (APC). MBT, punya konstruksi khusus. Pada armor misalnya, menggunakan baja dan keramik, tetapi cukup ringan walaupun kuat. 

Pindad baru bisa bikin APC setalah riset yang lamanya, well... Lama... (bertahun tahun!). Itu pun baru APC, bukan tank...

"Untuk tank berat kita belum mampu. Sehingga kita berharap ada peningkatan teknologi, andaikata kita memiliki yang berat dengan syarat Transfer of Technology (perjanjian) bisa mentransfer (ilmu) sehingga bisa membuat sendiri," - KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo

Belajar pun nggak mungkin bisa dari 0. Kalo bisa, saya tantang bapak buat bikin pesawat terbang, tanpa rancangan atau desain pesawat yang sudah ada. Alangkah lebih baik kalo kita punya MBT minimal 1, lalu diteliti untuk reverse engineering, barulah bisa bikin.

Berhubung banyak pihak yang menolak TNI membeli MBT karena bisa bikin jalan rusak, saya pikir itu salah si pembuat jalan, kenapa nggak bisa sebagus negara tetangga yang udah punya MBT tapi nggak pernah kedengeran masalah "jalan rusak".

Atau.... DPR menolak MBT, karena penggunaan MBT di jalan umum bisa membuat para pengamat mengusut, kenapa jalan bisa rusak, dan hubungannya dengan korupsi dana pembangunan infrastruktur...

Saran saya, untuk wakil rakyat yang masuk Komisi tertentu, harusnya setidaknya punya ilmu yang cukup mengenai apa yang mereka wakilkan. Komisi 1 kok rasanya banyak yang belom mengerti tentang pertahanan?

Just my gopek. Forgive my bad and too straightforward attitude. Can't help it. It's in my gene.

Tidak ada komentar: